psychehumanus.id

Perbedaan KPI dan OKR: Cara Memakainya di Perusahaan

perbedaan-kpi-dan-okr

Di banyak perusahaan, KPI dan OKR sering disamakan. Padahal, keduanya berbeda fungsi dan cara pakai. Singkatnya: KPI adalah indikator kinerja yang memantau kesehatan bisnis sehari-hari, sedangkan OKR adalah kerangka penetapan tujuan (objective + key results) untuk mendorong perubahan dan percepatan prioritas strategis. Dengan memahami perbedaan ini, Anda bisa menata ritme eksekusi yang lebih fokus: run the business dengan KPI, sekaligus change the business dengan OKR.  Sebagai tambahan konteks, Balanced Scorecard (Kaplan & Norton, 1992) adalah contoh kerangka strategi yang kerap memuat KPI di dalamnya, sementara OKR muncul dari evolusi praktik manajemen tujuan sejak era Andy Grove (Intel)dan dipopulerkan luas oleh John Doerr (termasuk di Google). Karena itu, KPI dan OKR bukan musuh—keduanya saling melengkapi bila disusun dengan jelas. Definisi KPI dan OKR KPI (Key Performance Indicator): metrik terpilih untuk memantau performa yang sedang berjalan; biasanya stabil antar-periode, realistis, dan menjadi “dashboard” kesehatan operasional. KPI sering ditempatkan di kerangka seperti Balanced Scorecard agar menyentuh perspektif pelanggan, proses internal, finansial, dan pembelajaran. OKR (Objectives & Key Results): kerangka tujuan yang mendeskripsikan Objective (arah/ambisi kualitatif) dan 2–5 Key Results (hasil terukur yang menandai tercapainya objective). OKR efektif untuk menggerakkan perubahan, menyelaraskan fokus lintas tim, dan mengajak orang mengejar target aspiratif. Google mendokumentasikan praktik skoring 0,0–1,0 agar tim belajar dari progres, bukan sekadar lulus/gagal. KPI vs OKR: apa bedanya dalam praktik? 1) Tujuan & cakupan KPI: menjaga stabilitas kinerja; contoh: overtime hours, customer response time, defect rate. OKR: menggerakkan perubahan prioritas; contoh: “Mempercepat akuisisi pelanggan UKM” dengan KR seperti “naikkan win rate 5 p.p.” dan “kurangi time-to-productivity AE baru dari 120→80 hari”.Perbedaannya: KPI adalah apa yang dipantau, OKR adalah bagaimana kita mengubah keadaan. 2) Target & ambisi KPI: cenderung komitmen realistis (target tahunan/kuartalan yang bisa dipertanggungjawabkan). OKR: mengizinkan aspirasi (stretch) selama masih masuk akal—bahkan skor 0,6–0,7 sering dianggap kemajuan baik di banyak tim Google.  3) Ritme & kepemilikan KPI: ritme bulanan/kuartalan; dimiliki oleh owner proses (mis. Ops, Finance). OKR: ritme mingguan (check-in) dan kuartalan (review); dimiliki lintas fungsi untuk menembus silo departemen. 4) Struktur & transparansi KPI: daftar metrik + target. OKR: narasi Objective + KR terukur + inisiatif utama; transparansi OKR memudahkan alignment antartim.  5) Relasi satu sama lainOKR tidak menggantikan KPI. Justru, OKR membantu mencapai KPI kritikal dengan fokus dan arah; Anda bisa mengubah “KPI yang seret” menjadi OKR kuartalan untuk memacu perbaikan. Kapan pakai KPI, kapan pakai OKR? Gunakan KPI ketika Anda perlu mengontrol mutu operasi: SLA layanan, akurasi payroll, cost per hire, churn pelanggan, atau defect rate. Pakai OKR ketika Anda ingin mengubah lintasan: meluncurkan produk baru, mempercepat siklus lead-to-cash, menurunkan time-to-hire signifikan, atau menata ulang onboarding agar ramp-up karyawan baru lebih cepat. Kombinasikan bila KPI turun/seret: jadikan objective “Pulihkan kualitas layanan”, lalu tetapkan KR yang menggerakkan perubahan nyata. Sebagai penguat, Anda dapat memadukan dengan praktik SMART goals agar rumusan target tetap spesifik dan terukur. Ini membantu tim membedakan “hasil” vs “aktivitas”. Contoh pemetaan KPI ↔ OKR (B2B go-to-market) Masalah: Time-to-productivity Account Executive (AE) terlalu lama → memukul revenue kuartal. KPI terdampak: time-to-productivity (hari), win rate, pipeline hygiene. OKR Q3: Objective “Percepat ramp-up AE baru agar produktif 6 minggu lebih cepat.” KR1: Time-to-productivity median 120 → 80 hari. KR2: Win rate AE baru +5 p.p. KR3: 100% AE baru lulus sertifikasi sales play level 2. Inisiatif: enablement modular, deal review pekanan, buddy system, playbook keberatan pelanggan. Check-in: skor mingguan (0,0–1,0) + retro bulanan. Untuk memastikan manusia dan sistem bergerak seirama, kaitkan program ini dengan: [Learning & Development] (skema pelatihan & microlearning), [Coaching] (ritme one-on-one manajer–AE), dan [HR Analytics] (dashboard ramp-up & win rate).Lihat: https://psychehumanus.id/learning-and-development/ • https://psychehumanus.id/coaching/ • https://psychehumanus.id/hr-analytics/ Langkah menerapkan OKR berdampingan dengan KPI (5 tahap) Pertama, pilih 3–5 KPI “vital signs” untuk kesehatan bisnis (jangan berlebihan). Tempatkan di kerangka seperti Balanced Scorecard agar menyentuh perspektif pelanggan, proses, finansial, dan pembelajaran.  Kedua, lakukan diagnosis berbasis data: KPI mana yang paling jauh dari target? Di sinilah OKR kuartalan Anda lahir. Rujuk: HR Analytics dan Evaluasi Kinerja Kolaboratif untuk pola analisis dan bias penilaian. Ketiga, tulis OKR yang jelas & terukur. Gunakan panduan Google: tetapkan Objective yang singkat dan menginspirasi, lalu 2–5 Key Results berbasis outcome, bukan aktivitas. Tetapkan skema skoring 0,0–1,0 agar tim belajar dari progres. Keempat, sinkronkan ritme check-in (mingguan) dan review kuartalan. Dokumentasikan keterkaitan OKR dengan KPI agar semua orang melihat benang merah dari upaya perubahan ke hasil bisnis. Untuk memperkuat perilaku, baca: Budaya Organisasi dan Kepemimpinan & Budaya Organisasi. Kelima, rapikan governance: siapa owner KPI, siapa champion OKR, bagaimana escalation path. HRBP dapat memfasilitasi alur ini; lihat: Peran HR sebagai Mitra Strategis dan Apa itu HRBP. Kesalahan umum (dan cara menghindarinya) Mengubah OKR jadi daftar tugas. Ingat, KR harus hasil yang terukur, bukan aktivitas (“mengadakan 10 pertemuan” belum tentu berdampak). Gunakan SMART agar KR fokus pada outcome. Terlalu banyak OKR. Pilih sedikit namun berdampak; lebih baik 1–2 objective tajam daripada 7 yang kabur. Panduan Google menekankan fokus dan grading yang jujur. Tidak menautkan ke KPI. OKR yang berdiri sendiri gampang “terapung”. Kaitkan setiap OKR dengan KPI yang ingin diperbaiki agar makna bisnisnya jelas. Target OKR = target KPI. Bedakan komitmen (KPI) vs ambisi (OKR). Ini memungkinkan tim bereksperimen tanpa mengorbankan run-rate bisnis. Tidak ada belajar berkala. Skor 0,6 bisa berarti kemajuan besar jika KR memang aspiratif. Dokumentasikan “apa yang kita pelajari” di retro kuartalan. Untuk memperkuat konsistensi implementasi di SDM, selaraskan dengan: Penilaian Kinerja, Metode Penilaian Kinerja, Contoh Penilaian Kinerja Karyawan, Cara Membuat Job Description, Person–Job Fit, Teknik Rekrutmen Berbasis Data, Proses Rekrutmen Efektif, Strategi Rekrutmen untuk Startup, Cara Menyusun Pengembangan Karir. Kesimpulan Pada akhirnya, KPI dan OKR bukan soal memilih salah satu. Kuncinya adalah memadukan: KPI menjaga denyut nadibisnis, sementara OKR mengarahkan lompatan perubahan. Karena itu, mulai dari diagnosis KPI, pilih 1–2 area prioritas, tulis OKR kuartalan yang aspiratif namun terukur, lalu kelola ritme check-in dan review secara disiplin. Dengan cara ini, organisasi Anda tidak hanya stabil di hari ini, tetapi juga bergerak lebih cepat menuju tujuan besok. Bagikan Recent Article All Posts Family Human Capital Leadership Learning and Development Psychology Struktur Job Description: Tujuan, Tanggung Jawab, KPI, Kompetensi August 28, 2025/No CommentsRead More Matriks Dampak … Read more

Struktur Job Description: Tujuan, Tanggung Jawab, KPI, Kompetensi

struktur-job-description

Job description (JD) yang solid bukan sekadar dokumen administratif. JD adalah kompas peran: ia menyelaraskan ekspektasi atasan–karyawan, memandu rekrutmen, mengarahkan pengembangan, serta menjadi rujukan evaluasi kinerja. Namun, masih banyak organisasi mencampuradukkan JD dengan job posting (iklan lowongan). Perlu diluruskan sejak awal: JD bersifat internal untuk menjelaskan tujuan peran, ruang lingkup, dan akuntabilitas; sedangkan job posting bersifat eksternal untuk menjual peluang agar menarik pelamar. Memisahkan keduanya membuat komunikasi ke kandidat lebih tajam, sementara kontrol peran di dalam perusahaan tetap rapi. Selanjutnya, agar JD tidak sekadar daftar tugas, kita perlu fondasi analitis. Mengacu ke model konten O*NET (US Dept. of Labor), pekerjaan dapat dipetakan melalui deskriptor berlapis: aktivitas & tugas, pengetahuan–keterampilan–kemampuan, konteks kerja, hingga karakteristik pekerja. Kerangka seperti ini membantu kita menyusun JD yang utuh dan konsisten lintas fungsi. Selain itu, job analysis yang baik memberi legal defensibility atas prosedur seleksi, memperjelas persyaratan jabatan, serta menjadi sumber data untuk pelatihan, klasifikasi jabatan, dan appraisal. Dengan kata lain, analisis yang rapi akan memperkuat JD di sepanjang siklus talent.  Agar lebih mudah dipakai oleh manajer lini dan HR, artikel ini menyajikan struktur empat pilar JD, Tujuan, Tanggung Jawab, KPI, dan Kompetensi—beserta contoh, tip bahasa, dan tautan pendalaman. Mengapa JD yang mutakhir itu krusial? Pertama, JD yang diperbarui secara berkala dapat dipakai ulang untuk perekrutan, penempatan, pelatihan, hingga penilaian—dengan syarat ia memang dipakai secara rutin dan tepat. Karena itu, disiplin review adalah kuncinya. Kedua, bahasa yang digunakan sebaiknya jernih, ringkas, dan konsisten, mengikuti praktik plain language agar mudah dipahami lintas unit. Pedoman penulisan layanan publik (mis. GOV.UK) menekankan hal ini demi keterbacaan web dan dokumen kerja. Sebagai penguat konteks bisnis, Anda bisa menautkan JD ke sistem kinerja dan budaya tim yang sudah ada. Lihat pada: Penilaian Kinerja, Metode Penilaian Kinerja, Budaya Organisasi, dan Kepemimpinan Kolaboratif. Tujuan Peran (Purpose) — Pilar 1 Apa yang ditulis?Satu–dua paragraf yang merangkum alasan peran ini ada, scope pengaruhnya, dan bagaimana ia berkontribusi ke tujuan tim/perusahaan. Contoh rumus singkat:“Peran ini memungkinkan [hasil bisnis X] dengan cara mengelola [proses inti Y] sehingga mengurangi [risiko/biaya Z] dan meningkatkan [metrik utama A].” Tip praktis (transitional): Pertama, posisikan peran terhadap pelanggan internal/eksternal. Selanjutnya, jelaskan keputusan kunci yang diambil pemegang peran. Akhirnya, tekankan dampak yang diukur (lihat pilar KPI). Pendalaman terkait budaya & kepemimpinan:Ke­pe­mi­mpinan & Budaya Organisasi, Kunci Kepemimpinan Efektif. Tanggung Jawab Utama (Key Responsibilities) — Pilar 2 Apa yang ditulis?Daftar 6–10 output/akuntabilitas (bukan sekadar aktivitas). Setiap butir idealnya dimulai dengan kata kerja aksi (mis. “menyusun”, “menyetujui”, “menganalisis”, “mengembangkan”) diikuti hasil dan indikator ringkas. Contoh format butir: “Mengembangkan rencana quarterly akuisisi pelanggan yang meningkatkan win rate minimal 5%.” “Menetapkan standar kualitas data pipeline dan menurunkan error rate <1%.” Kenapa output, bukan daftar tugas?Karena daftar tugas cenderung panjang serta cepat usang. Sebaliknya, fokus pada hasil membuat JD fleksibel terhadap cara kerja yang berubah. Jika butuh referensi kerangka deskriptor yang rapi per-occupational, O*NET menyediakan struktur yang bisa ditelusuri lintas jabatan.  Baca juga:Proses Rekrutmen Efektif, Strategi Rekrutmen bagi Business Owner Pemula, Teknik Rekrutmen Berbasis Data. KPI (Key Performance Indicators) — Pilar 3 Apa yang ditulis?3–6 KPI yang langsung menaut ke tanggung jawab utama. Gunakan prinsip SMART—Specific, Measurable, Assignable, Realistic, Time-bound—sebagai pengingat agar KPI tidak kabur. Konsep ini pertama kali dipopulerkan George T. Doran (1981). Contoh KPI yang SMART: Time-to-hire median ≤ 30 hari (Q2). Data quality score ≥ 99% pada dashboard CRM (bulanan). Training completion rate ≥ 95% untuk modul wajib (Q3). Catatan penting (transitional): Selain itu, bedakan KPI peran (hasil) vs. aktivitas (input). Di sisi lain, pertahankan keseimbangan antara leading dan lagging indicators. Oleh karena itu, tetapkan cadence review (mis. bulanan/kuartalan) agar KPI tidak “jadi poster”. Pendalaman lanjutan:HR Analytics, Evaluasi Kinerja Kolaboratif, dan Contoh Penilaian Kinerja Karyawan. Kompetensi (Competencies) — Pilar 4 Apa yang ditulis?Daftar kompetensi inti (core, leadership, technical, behavioral) berdasarkan job analysis—bukan asumsi. Di sini, kerangka O*NET Content Model membantu mengorganisasi knowledge–skills–abilities (KSA) dan work styles secara sistematis. Contoh penyusunan ringkas: Core: orientasi pelanggan, kolaborasi lintas fungsi, problem solving. Leadership: coaching, decision quality, manajemen perubahan. Technical: penguasaan alat (mis. ERP/CRM), analitik dasar–menengah. Behavioral indicators (contoh untuk “kolaborasi”): aktif mencari umpan balik, menyepakati mekanisme handover, menyelesaikan konflik secara konstruktif. Transitional tips: Pertama, uji relevansi kompetensi lewat data kinerja & insiden. Selanjutnya, padukan dengan rencana pengembangan (L&D) dan coaching. Akhirnya, sambungkan dengan jalur karier agar talent melihat progres yang jelas. Baca juga:Learning & Development, Coaching: Apa Itu & Manfaatnya, Person–Job Fit, Retensi Talenta Gen Z. Template ringkas yang bisa Anda tiru Judul PeranDepartemen / Atasan langsungLokasi & Pola Kerja (onsite/hybrid/remote)Grade/Level (opsional) 1) Tujuan PeranRingkas 2–4 kalimat tentang “mengapa peran ini ada” dan dampaknya. 2) Tanggung Jawab Utama [Output 1 + indikator ringkas] [Output 2 + indikator ringkas] [Output 3 + indikator ringkas] 3) KPI [KPI 1 – SMART] [KPI 2 – SMART] [KPI 3 – SMART] 4) Kompetensi Core, Leadership, Technical, Behavioral (+ indikator perilaku) 5) Interaksi Kunci & Ruang Keputusan Stakeholder internal/eksternal; keputusan bernilai X yang diambil peran. 6) Persyaratan (ringkas) Pendidikan/sertifikasi atau pengalaman ekuivalen Hard skills & alat, plus work context (jadwal/shift, mobilitas, dsb.) Untuk inspirasi struktur, banyak organisasi memakai template JD siap pakai dan memperbaruinya secara periodik. Alur kerja menyusun JD (5 langkah) Kickoff dengan atasan lini—tangkap target bisnis 6–12 bulan. Job analysis singkat—observasi, wawancara pemangku kepentingan, desk research (rujuk O*NET untuk deskriptor komprehensif). Draft → kalibrasi—pakai plain language, hindari jargon, bandingkan lintas peran agar konsisten. Finalisasi KPI yang SMART dan tetapkan review cadence. Publikasikan & versi— simpan di repositori, version control, jadwalkan annual review. (Pedoman lembaga/otoritas SDM juga menganjurkan peninjauan berkala agar deskripsi tetap relevan.) Kesalahan umum yang perlu dihindari Mencampur JD dan job posting. JD adalah kompas peran; posting adalah materi pemasaran talenta. Pisahkan agar keduanya efektif. Menulis daftar tugas tanpa outcome. Pastikan setiap butir tanggung jawab mengarah pada hasil yang bisa ditakar. KPI kabur dan tidak SMART. Tetapkan baseline–target–periode—lalu tinjau berkala. community.mis.temple.edu Kompetensi generik. Turunkan dari job analysis agar relevan dan defensible. Rekomendasi implementasi Audit 10 JD yang paling sering dipakai; tandai bagian yang belum outcome-based. Satu peran, satu eksperimen: uji OKR/KPI yang lebih tajam selama 1 kuartal. Sinkronkan dengan Evaluasi Kinerja Kolaboratif. Skalakan bahasa sederhana: gunakan prinsip keterbacaan web (judul bermakna, … Read more

Matriks Dampak HRBP: Dari “Aktivitas HR” ke Nilai Bisnis yang Terukur

matriks-dalam-hrbp

Banyak HR Business Partner (HRBP) sudah sibuk dengan program, namun sulit menunjukkan dampak ke pertumbuhan, efisiensi, dan risiko bisnis. Matriks Dampak HRBP adalah alat visual sederhana untuk menyelaraskan inisiatif HR dengan business outcomes serta metrik yang disepakati. Artikel ini memandu Anda membangun matriksnya, memilih indikator, dan memakainya saat business review. Apa itu “Matriks Dampak HRBP”? Secara praktis, Matriks Dampak HRBP adalah tabel yang: Barisnya: Business outcomes (mis. percepatan revenue, efisiensi biaya tenaga kerja, kualitas eksekusi, manajemen risiko). Kolomnya: HR levers (rekrutmen, pengembangan, kinerja & OKR, budaya & engagement, kompensasi & benefit, organisasi & tata kelola). Isi sel: Metrik dampak (baseline → target), inisiatif, dan owner lintas fungsi. Dengan matriks ini, HRBP tidak lagi sekadar “menjalankan program”, melainkan mengorkestrasi sebab-akibat dari aktivitas HR → hasil SDM → tujuan bisnis. Kerangka HR Value Chain menjelaskan jalur tersebut dengan jernih: aktivitas HR menghasilkan HR outcomes (keterampilan, komitmen, perilaku), yang pada gilirannya mendorong hasil organisasi. Mengapa relevan bagi HRBP hari ini? Ekspektasi peran strategisModel HRBP (sering disebut Ulrich model) menempatkan HR sebagai mitra bisnis yang menghubungkan keputusan orang dengan strategi. Itu berarti HR diukur bukan hanya pada kepatuhan, tetapi kontribusi ke performa bisnis. Manajemen berbasis skorPendekatan seperti HR Scorecard—turunan dari Balanced Scorecard—mendorong HR untuk menetapkan sasaran, indikator, dan review cadence yang sama ketatnya dengan fungsi lain. Matriks dampak mempermudah visualisasinya. People analytics makin krusialOrganisasi berdaya saing tinggi memulai dari masalah bisnis dan working backward ke metrik SDM. HRBP yang matang memakai data untuk menguji hipotesis, memprioritaskan inisiatif, dan mengkomunikasikan hasil. Cara menyusun Matriks Dampak HRBP (5 langkah) Gunakan langkah di bawah ini sebagai workshop 2–3 jam bersama pimpinan unit terkait. 1) Tetapkan business outcomes (baris matriks) Contoh kategori yang umum: Pertumbuhan: percepat ramp-up sales, tingkatkan win rate, kurangi time-to-productivity. Efisiensi: turunkan time-to-hire, cost-per-hire, overtime, kesalahan payroll. Kualitas eksekusi: kenaikan skor kinerja, kepatuhan SOP, tingkat kelulusan sertifikasi. Risiko & keberlanjutan: stabilitas critical roles, kesehatan mental, regulatory readiness. Pendalaman: Penilaian kinerja, Metode penilaian kinerja (BSC, 360, MBO, dll.). 2) Pilih HR levers (kolom matriks) Paket tuas yang lazim: Talent Acquisition – desain JD, sourcing, assessment, employer branding.Baca selengkapnya disini: Proses rekrutmen efektif. Capability & L&D – TNA, kurikulum modular, coaching/mentoring.Baca selengkapnya disini: Coaching: apa & manfaatnya, Pengembangan karier. Performance & OKR – penetapan sasaran lintas unit, check-in berirama.Baca selngkapnya disini: Peran HR sebagai mitra strategis. Culture & Engagement – penguatan nilai, recognition, psychological safety.Baca selengkapnya disini: Budaya organisasi, Employee recognition. Rewards – total rewards yang adil dan kompetitif untuk retensi.Rujuk: Gen Z di perusahaan. Org & Governance – struktur, span of control, kebijakan, risk register SDM.Baca pembahasannya disini: Kepemimpinan kolaboratif. 3) Turunkan metrik dampak (isi sel) Gunakan indikator yang mudah dijelaskan ke C-suite—campur leading & lagging: Talent acquisition: time-to-hire, offer-accept rate, quality-of-hire, new-hire retention (90 hari). Engagement & budaya: eNPS, skor survei engagement, tingkat partisipasi recognition. Kinerja & produktivitas: % goal achievement, time-to-productivity, error rate. Capability: % sertifikasi kritikal, skill index, training effectiveness. Retensi & risiko: regrettable attrition, succession coverage untuk critical roles. Efisiensi biaya: labor cost as % of revenue, overtime hours, cost-per-hire.Katalog KPI HR yang umum dipakai dapat menjadi referensi quick check. Pendalaman data: HR Analytics: masa depan manajemen SDM, Psikologi positif di kerja, Person-Job Fit, Talenta digital. 4) Tetapkan baseline → target → owner → inisiatif Tambahkan empat komponen pada setiap sel yang relevan: Baseline: angka awal (Q-1). Target: angka kuartal ini (Q), stretch realistis. Owner: siapa bertanggung jawab (shared ownership lintas HR–line). Inisiatif: program prioritas, start–stop–continue. Contoh (potongan matriks): Business Outcome HR Lever Metrik (Baseline→Target) Owner Inisiatif Prioritas Efisiensi biaya Talent Acquisition Time-to-hire 45→30 hari TA Lead + Sales Dir. ATS + interview panelterjadwal Pertumbuhan Capability & L&D Time-to-productivity AE baru 120→80 hari L&D + Sales Ops Onboarding 30-60-90, buddy system Kualitas eksekusi Performance & OKR % goal achieved 62→75% HRBP + All Managers OKR clinic + weekly check-in Butuh penguatan perilaku manajerial? Lihat Kepemimpinan & budaya organisasi. 5) Kaitkan dengan OKR HR (opsional namun disarankan) OKR memaksa fokus, transparansi, dan cadence check-in. Anda bisa memakai contoh OKR HR yang sudah teruji sebagai inspirasi awal. Contoh penggunaan di business review kuartalan Pertumbuhan penjualan melambat – Skenario 1 Masalah bisnis: win rate turun dan ramp-up AE baru lambat. Tuasan HR: Capability & L&D + Performance & OKR. Metrik & target: time-to-productivity AE 120→90 hari; OKR attainment 60→75%. Inisiatif: enablement modular berbasis microlearning, deal review pekanan, shadowing AE senior, coaching 1-1 untuk pipeline hygiene. Referensi internal: Coaching di tempat kerja, Pengembangan karier. Biaya tenaga kerja menekan margin – Skenario 2 Masalah bisnis: overtime dan time-to-hire tinggi. Tuasan HR: Talent Acquisition + Org & Governance. Metrik & target: time-to-hire 45→30 hari; overtime hours –20%. Inisiatif: perbaiki JD & screening rubric, interview panel terjadwal, workforce planning triwulanan, RACI yang jelas di proses persetujuan. Referensi internal: Proses rekrutmen efektif, Budaya organisasi & tata kelola. Attrition talenta kunci meningkat – Skenario 3 Masalah bisnis: regrettable attrition naik pada critical roles. Tuasan HR: Rewards + Culture & Engagement. Metrik & target: regrettable attrition –30%; eNPS +10 poin. Inisiatif: stay interview triwulanan, recognition program, jalur karier & mentoring untuk high-potentials, benefityang lebih relevan untuk Gen Z. Referensi internal: Retensi talenta Gen Z, Employee recognition. Tips implementasi (agar tidak “macet” di tengah jalan) Mulai dari masalah bisnis, bukan dari daftar program HR. Ini selaras dengan praktik people analytics yang berorientasi outcome. Kurangi metrik vanity. Pilih indikator yang dipahami finans, operasi, penjualan. Jaga owner lintas fungsi. Banyak metrik HR sebenarnya co-owned bersama line leaders. Singkronkan ritme review. Gunakan siklus kuartalan, weekly check-in, dan retro—mirip operating cadence unit bisnis. Dokumentasikan di scorecard. HR Scorecard memudahkan governance—pastikan definisi metrik konsisten. Struktur matriks yang bisa Anda gunakan Business Outcomes HR Levers Metrik Dampak (Baseline → Target) Owner Inisiatif Kunci Cadence Review Pertumbuhan TA, L&D, Performance Time-to-productivity; Win rate; OKR attainment HRBP + Sales Enablement, coaching, OKR clinic Weekly & QBR Efisiensi TA, Org, Rewards Time-to-hire; Labor cost % rev; Overtime HRBP + Ops + Finance ATS, WFP, redesign shift Monthly & QBR Kualitas Eksekusi Performance, L&D Goal achievement; Error rate HRBP + Ops SOP refresh, microlearning Bi-weekly Risiko & Keberlanjutan Rewards, Culture, Org Regrettable … Read more