psychehumanus.id

Psikologi Perkembangan Anak: Mengupas Dunia Si Kecil

Psikologi-perkembangan-anak

Psikologi Perkembangan Anak: Mengupas Dunia Si Kecil

Sebagai orangtua, memahami psikologi perkembangan anak ibarat membuka peta rahasia yang menuntun kita mengenal si kecil lebih dalam. Setiap tawa ceria maupun tangis kecilnya menyimpan petunjuk tentang perasaannya. Dengan mengenali pola pikir dan emosi anak berdasarkan usia, orangtua dapat menyiapkan “resep” asuh yang tepat bagi tumbuh kembangnya. Psikologi perkembangan anak mempelajari perubahan pikiran dan perilaku anak dari mulai sebelum lahir hingga usia remaja. Memahami psikologi anak membantu orangtua menyesuaikan pola asuh sesuai kebutuhan si kecil. Tiap anak unik—tidak ada satu metode tunggal yang seragam untuk semua anak. Oleh sebab itu, artikel ini mencoba menyajikan pengetahuan mendalam dan segar tentang perkembangan anak, lengkap dengan penelitian dan fakta menarik. Berikut kita kupas bersama aspek-aspek penting perkembangan anak dan bagaimana Anda, sebagai orangtua, dapat mendukung si kecil meraih potensi optimalnya.

Apa Itu Psikologi Perkembangan Anak?

Psikologi perkembangan anak adalah cabang psikologi yang fokus pada perubahan pikiran, emosi, dan perilaku sepanjang masa kanak-kanak. Ilmu ini membantu kita memahami mengapa bayi atau balita berbuat tertentu pada tiap tahap usia. Misalnya, bayi baru lahir sangat bergantung pada orangtua untuk rasa aman (tahap trust vs mistrust menurut Erikson). Jika kebutuhan dasar seperti makanan, kehangatan, dan kasih sayang terpenuhi, bayi akan membangun rasa percaya. Sebaliknya, bila tidak terpenuhi, bayi cenderung merasa gelisah. Psikologi perkembangan anak penting karena membantu orangtua membedakan pola pertumbuhan normal dan mendeteksi bila ada perkembangan yang menonjol atau terhambat. Dengan pemahaman ini, orangtua dapat lebih cepat merespons kebutuhan anak. Misalnya, jika buah hati tampak terlambat bicara atau berinteraksi dibanding teman sebayanya, orangtua bersama pendidik bisa segera mencari penyebab dan solusi yang tepat.

Aspek Psikologis Perkembangan Anak

Perkembangan anak dipantau lewat beberapa aspek utama. Secara umum, empat domain pertumbuhan anak meliputi:

  • Fisik

Perubahan bentuk, ukuran, dan kemampuan motorik tubuh. Anak-anak bertambah tinggi, berat badan meningkat, serta mengasah keterampilan motorik kasar (berlari, melompat) dan halus (menggambar, merajut).

  • Kognitif

Cara berpikir, belajar, dan memecahkan masalah. Misalnya, balita belajar mengenali huruf dan angka, kemudian menggunakannya saat bermain. Jean Piaget, ahli perkembangan kognitif, membagi perkembangan ini dalam empat tahap (sensorimotor hingga operasional formal).

  • Sosial-Emosional

Kemampuan memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain. Anak mulai merasakan empati, mengatur emosinya, serta membangun hubungan sosial. Contohnya, anak usia pra-sekolah belajar bergiliran dan mengerti aturan bermain dasar.

  • Bahasa dan Komunikasi

Keterampilan berbicara, mendengarkan, dan memahami. Anak kecil perlahan berkembang dari menggumam hingga membentuk kalimat. Kemampuan bahasa yang baik di masa balita menjadi dasar penting untuk keberhasilan akademis dan sosial nantinya.

Memahami aspek-aspek ini membantu Anda menyiapkan stimulasi yang tepat. Misalnya, untuk aspek kognitif, orangtua bisa menyediakan mainan edukatif dan membacakan buku cerita. Untuk aspek sosial-emosional, berikan contoh pengelolaan emosi, ajak berdiskusi, dan tunjukkan kasih sayang secara konsisten.

Teori Perkembangan Anak

Berbagai teori psikologi memberikan kerangka untuk memahami perubahan anak seiring usia. Dua yang populer adalah teori kognitif Jean Piaget dan teori psikososial Erik Erikson.

Tahap Kognitif Menurut Piaget

Jean Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif:

  • Sensorimotor (0–2 tahun)

Anak belajar melalui indera dan gerakan. Ia mulai menyadari bahwa objek tetap ada meski tidak terlihat.

  • Pra-operasional (2–7 tahun)

Anak mulai menggunakan simbol (kata, gambar) untuk berpikir, namun cenderung berpikir egosentris. Contohnya, balita sering “menghidupkan” boneka dalam imajinasinya.

  • Operasional Konkret (7–11 tahun)

Anak dapat berpikir logis tentang situasi konkret. Ia tahu 2+2=4 dan memahami aturan permainan. Anak di tahap ini mulai memahami bahwa orang lain bisa memiliki pandangan berbeda tentang suatu hal.

  • Operasional Formal (11+ tahun)

Remaja mampu berpikir abstrak dan teoretis. Mereka bisa memecahkan masalah konseptual dan merencanakan masa depan.

Peralihan antar tahap ini menunjukkan bagaimana otak si kecil terus menyesuaikan pola pikirnya dengan dunia sekitar. Piaget menekankan bahwa anak aktif membangun pengetahuan, sehingga keterlibatan orangtua dengan kegiatan eksplorasi mempercepat kematangan kognitif anak.

Tahap Psikososial Menurut Erikson

Erikson menyoroti perkembangan sosial dan emosional. Tiga tahap awal adalah:

  • Trust vs Mistrust (0–18 bulan)

Bayi mengembangkan rasa percaya jika kebutuhan dasarnya terpenuhi. Kontak fisik hangat dan perhatian rutin membangun pondasi kepercayaan pada dunia.

  • Autonomy vs Shame (18 bulan–3 tahun)

Anak belajar mandiri (misalnya, makan sendiri atau memilih mainan). Jika orangtua mendukung eksplorasi anak, si kecil tumbuh percaya diri. Jika terlalu sering dikritik, anak bisa merasa malu dan ragu dengan kemampuannya.

  • Initiative vs Guilt (3–5 tahun)

Anak aktif mengeksplorasi dan sering bertanya “mengapa”. Orangtua yang mendukung ide dan kreativitas anak menumbuhkan rasa percaya diri, sedangkan larangan berlebih bisa membuat anak merasa bersalah saat mencoba hal baru.

Teori Erikson menggarisbawahi pentingnya dukungan orangtua di tiap fase. Interaksi positif di masa bayi dan balita menumbuhkan rasa aman dan kemandirian, fondasi bagi perkembangan sosial-emosional selanjutnya.

Faktor dan Peran Orang Tua dalam Perkembangan Anak

Perkembangan anak dipengaruhi banyak faktor, baik internal (genetik, temperamen) maupun eksternal (pola asuh, lingkungan). Misalnya, penelitian menyebut lingkungan ekonomi keluarga, kualitas hubungan emosional di rumah, dan stimulasi yang diberikan orangtua sangat memengaruhi perkembangan psikologis anak. Berikut beberapa poin penting:

  • Lingkungan Aman dan Kasih Sayang

Orangtua adalah pendidik pertama anak. Lingkungan rumah yang hangat, konsisten, dan penuh cinta membuat anak merasa aman untuk mengeksplorasi dunia. Menurut BPS, pada 2023 sekitar 10,91% penduduk Indonesia berusia 0–6 tahun (30,2 juta jiwa). Dengan jumlah generasi muda yang besar, sangat penting orangtua menanamkan nilai moral dan pola asuh berkualitas sejak dini.

  • Pola Asuh dan Dukungan Emosional

Pola asuh yang suportif (tegas namun penyayang) meningkatkan kepercayaan diri anak. Orangtua yang responsif terhadap tangis dan keluhannya membantu anak belajar mengelola emosi. Sebaliknya, tekanan emosi atau stres berkepanjangan di rumah bisa menghambat perkembangan anak.

  • Stimulasi Kognitif Lewat Bermain

Bermain adalah cara belajar utama anak. Riset menunjukkan bermain penting untuk kesejahteraan, sosialisasi, kreativitas, dan pembelajaran anak. Bermain juga membantu anak meredakan kecemasan karena konteksnya aman dan tanpa risiko nyata. Melalui bermain pura-pura, misalnya, anak belajar empati; melalui puzzle dan permainan angka, ia melatih logika dan kemampuan memecahkan masalah.

  • Membaca dan Pembelajaran Bahasa

Membacakan buku atau bercerita sejak dini berdampak besar pada perkembangan anak. Studi Cambridge menemukan bahwa anak yang gemar membaca sejak kecil cenderung memiliki performa kognitif dan kesehatan mental yang lebih baik saat remaja. Aktivitas seperti membaca buku cerita bergambar atau menyebutkan nama benda sehari-hari sangat bermanfaat untuk mengembangkan kosakata dan daya imajinasi anak.

  • Pengalaman Hidup dan Stres

Peristiwa besar (seperti pindah rumah, bencana, atau tekanan di sekolah) bisa memengaruhi psikologis anak. Oleh karena itu, penting menjaga rutinitas dan komunikasi terbuka agar anak merasa didukung saat menghadapi perubahan.

Strategi Pendukung Perkembangan Anak

Bermain dan Interaksi

Bermain bukan sekadar hiburan; ia adalah alat belajar utama anak. Dengan bermain, anak mengasah imajinasi dan keterampilan sosial secara alami. Contohnya, saat bermain bersama teman, anak belajar berbagi, bergiliran, dan mengenali perasaan orang lain. Orangtua sebaiknya meluangkan waktu bermain bersama untuk memperkuat ikatan batin dan memantau perkembangan sosial serta emosi si kecil.

Membaca dan Bahasa

Investasi waktu membaca bersama anak sejak dini memberikan banyak manfaat jangka panjang. Ajak si kecil membaca buku bergambar, menceritakan aktivitas harian, atau menyebutkan nama benda di sekitar. Aktivitas ini tidak hanya memperluas kosakata, tetapi juga melatih kreativitas dan pemahaman. Studi Cambridge menunjukkan anak yang rutin membaca sejak kecil lebih siap menghadapi tantangan akademik dan memiliki mental yang lebih tangguh di masa depan

Bagikan

Cara Resign Kerja: Tips Bijak dan Profesional

cara-resign-kerja

Cara Resign Kerja: Tips Bijak dan Profesional

Mengundurkan diri dari pekerjaan adalah keputusan besar bagi seorang karyawan. Fenomena resign kerap menjadi pembicaraan hangat, misalnya gelombang pengunduran diri massal pasca-Lebaran. Data penelitian menunjukkan fenomena ini nyata: survei UPI mencatat rata-rata 41% karyawan Indonesia keluar dari pekerjaannya setiap tahun, dan Survei BCG mencatat 34% karyawan di Indonesia/ASEAN aktif mencari pekerjaan baru pada 2023. Angka-angka tersebut mengindikasikan hampir setengah tenaga kerja berpindah dalam setahun. Di satu sisi, karyawan mencari peluang lebih baik (40% mengaku perlu gaji lebih tinggi karena inflasi); di sisi lain perusahaan harus menyiapkan strategi agar kehilangan talenta terbaik tidak melumpuhkan bisnis. Artikel ini membahas cara resign kerja profesional dan terencana, sekaligus strategi perusahaan menurunkan angka resign, sehingga transisi bagi keduanya bisa lancar dan saling menguntungkan.

Fakta penting: biaya turnover karyawan sangat mahal. Studi Gallup menunjukkan mengganti satu karyawan dapat menelan 50–200% dari gaji tahunannya. Selain itu, SHRM melaporkan tingkat turnover Indonesia mencapai 13,2% per tahun (teknologi dan ritel hingga 18%). Artinya, perusahaan kehilangan banyak talenta berharga jika tidak ditangani dengan baik. Sebaliknya, karyawan yang resign tanpa persiapan matang bisa merusak reputasi profesional. Dengan memahami langkah-langkah berikut, baik karyawan maupun perusahaan dapat mengelola proses resign secara baik.

Persiapan dan Perencanaan Sebelum Resign

Sebelum memutuskan resign, evaluasi alasan dan rencana Anda. Setiap keputusan berhenti kerja sebaiknya berlandas motivasi yang jelas dan perencanaan matang. Tanyakan pada diri sendiri: apakah masalahnya ketidakcocokan budaya, stres kerja, atau ada tawaran lebih menarik? Penelitian Santoso & Amin menunjukkan faktor seperti stres kerja, kompensasi, dan kepemimpinan sangat memengaruhi keinginan keluar karyawan. Jika gaji atau tunjangan terlalu rendah, peluang promosi terbatas, atau beban kerja berlebih, hal-hal itu bisa memicu niat resign. Kenali “pain point” Anda dan timbang pro kontra.

Selain itu, siapkan perencanaan finansial. Praktisi HR menyarankan agar karyawan memiliki dana darurat minimal beberapa bulan untuk biaya hidup selama proses transisi kerja. Ini mencegah keharusan resign terburu-buru karena kebutuhan uang. Bangun jaringan (networking) lebih luas: perkuat relasi dengan kolega lama, atasan, atau kontak industri yang bisa menjadi referensi atau membuka peluang baru. Dengan merencanakan secara teliti, Anda bisa resign dengan tenang dan percaya diri, bukan dalam kondisi panik.

Langkah-Langkah Resign Kerja yang Profesional

Saat waktunya memutuskan resign, ikuti langkah formal berikut agar transisi berjalan mulus:

  • Berikan Pemberitahuan yang Memadai

Sampaikan niat resign Anda kepada atasan atau HRD minimal dua minggu sebelum tanggal efektif (atau sesuai ketentuan kontrak/PKWT). Memberi waktu cukup membantu perusahaan mencari pengganti dan mengatur ulang tugas. Contoh kutipan “Memberikan pemberitahuan yang cukup memberi waktu bagi perusahaan untuk mencari pengganti” menunjukkan norma dua minggu itu penting.

  • Tulis Surat Pengunduran Diri Profesional

Buat surat resign singkat dan jelas. Cantumkan tanggal pengajuan, tanggal efektif, alasan singkat (tanpa detail negatif), serta ucapan terima kasih atas kesempatan bekerja. Hindari menyertakan komplain atau emosi negatif. Surat formal ini menjadi dokumen resmi penutupan kerja Anda.

  • Komunikasi Langsung dengan Atasan

Jika memungkinkan, sampaikan niat resign secara tatap muka dengan atasan sebelum menyerahkan surat. Ini menunjukkan sikap profesional dan menghargai hubungan. Setelah pembicaraan, serahkan surat resign Anda.

  • Bantu Proses Transisi:

Selesaikan tugas-tugas penting sebelum Anda pergi. Dokumentasikan pekerjaan Anda, buat panduan singkat untuk pengganti, dan tawarkan diri membantu melatih rekan atau penerus posisi Anda. Sikap ini menunjukkan tanggung jawab dan komitmen profesional meski Anda keluar.

  • Pertahankan Profesionalitas hingga Akhir

Tetaplah disiplin dan bertanggung jawab sampai hari kerja terakhir. Jaga hubungan baik dengan tim dan atasan. Melepas jabatan secara elegan meningkatkan reputasi Anda di masa depan. Seperti dianjurkan, “tetaplah profesional dalam menjalankan tugas hingga hari terakhir” dan jaga komunikasi baik dengan rekan kerja.

Langkah-langkah di atas adalah praktik umum yang disarankan media karier terkemuka. Dengan mengikuti etika ini, Anda mengundurkan diri secara terhormat dan meminimalkan risiko “membakar jembatan” yang dapat merugikan karier selanjutnya.

Hak dan Kewajiban Karyawan yang Resign

Saat resign, karyawan tetap memiliki hak-hak tertentu meski melepas jabatan. Peraturan ketenagakerjaan Indonesia (UU Cipta Kerja) mewajibkan pemberitahuan minimal 30 hari sebelum pengunduran diri efektif. Selain itu, meski Anda tidak berhak atas pesangon karena resign atas kemauan sendiri, Anda berhak mendapatkan uang penggantian hakseperti sisa cuti yang belum diambil, ongkos pulang kampung, atau tunjangan lain sesuai kontrak perusahaan. Dalam praktiknya, talenta HR sering menghitung penggantian cuti dengan rumus sederhana (mis. 1/25 × (gaji pokok+tunjangan tetap) × sisa cuti).

Lebih lanjut, karyawan resign juga berhak atas uang pisah dan Surat Keterangan Kerja (Paklaring). Paklaring berisi keterangan bahwa Anda pernah bekerja di perusahaan tersebut untuk periode tertentu – dokumen ini penting sebagai referensi pekerjaan selanjutnya. Pastikan hak-hak ini diajukan ke HRD: misalnya negosiasikan besaran uang pisah (berbeda tiap perusahaan) dan pastikan cuti tak terpakai dihitung dalam kompensasi. Jangan lupa, pemenuhan hak-hak ini diatur pemerintah; perusahaan yang ingkar dapat dikenai sanksi.

Contoh Hak Karyawan yang Biasanya Diterima

  • Uang Pisah (kompensasi kerja lama)

  • Uang Penggantian Hak (sisa cuti, biaya pulang)

  • Surat Keterangan Kerja/Paklaring

Memahami hak-hak ini penting agar proses resign berjalan adil. Diskusikan detail tersebut dengan HRD atau atasan Anda saat menyampaikan pengunduran diri, untuk menghindari kesalahpahaman di akhir masa kerja.

Dampak Resign dan Strategi Perusahaan Mencegah Turnover

Turnover karyawan tidak hanya mengganggu individu; bagi perusahaan hal ini berdampak besar. Studi Gallup menyatakan biaya mengganti satu karyawan bisa 50–200% gaji tahunannya. Selain itu, tingkat turnover Indonesia (SHRM 2024) sekitar 13,2% per tahun. Perusahaan yang tidak strategis dapat kehilangan stabilitas operasional, produktivitas berkurang, dan tim yang masih bekerja kena beban ekstra (burnout).

Untuk mengurangi angka resign, perusahaan perlu mengenali penyebab utama karyawan keluar. Penelitian menunjukkan budaya kerja adalah faktor krusial: perusahaan dengan budaya kuat hanya mengalami ~13,9% turnover dibandingkan ~48,4% jika budaya lemah. Artinya, lingkungan kerja yang positif dapat menekan niat keluar karyawan. Selain itu, pengembangan karier juga kunci: survei LinkedIn Learning menemukan 94% karyawan akan bertahan lebih lama jika perusahaan berinvestasi pada pengembangan karier mereka. Berbagai riset juga menyoroti manajemen dan kepemimpinan: 68% karyawan mempertimbangkan resign jika tidak mendapat dukungan manajerial (Glints).

Berikut beberapa strategi retensi yang efektif bagi perusahaan:

  • Budaya Perusahaan yang Positif

Bangun lingkungan kerja yang suportif dan menghargai karyawan. Terapkan nilai transparansi dan komunikasi terbuka. Misalnya, Bagikan secara rutin pencapaian perusahaan dan peran kontribusi setiap karyawan, agar mereka merasa dihargai. Budaya inklusif yang baik membuat karyawan betah dan bersemangat bekerja.

  • Investasi Pengembangan Karier

Sediakan program pelatihan, mentorship, dan jalur karier yang jelas. Bareksa, misalnya, selalu membuka jalur promosi bagi karyawan berprestasi. Dengan memastikan karyawan melihat peluang pertumbuhan (kompetensi, jabatan), mereka cenderung bertahan lama.

  • Kompensasi dan Benefit Kompetitif

Tinjau paket gaji dan tunjangan agar kompetitif dengan industri. Debby Laurentina (HRBP Glints) menegaskan resign bukan semata-mata soal uang satu kali seperti THR, namun kompensasi keseluruhan harus wajar. Bareksa misalnya menawarkan benefit lebih menarik dibanding perusahaan sejenis, sehingga karyawan merasa dihargai.

  • Employee Engagement dan Kesejahteraan

Jalankan program ikatan tim (team bonding) dan kesejahteraan karyawan. Bareksa menyediakan klub olahraga, acara rutin, bahkan ruang karaoke untuk karyawan. Kegiatan semacam ini menjaga kebersamaan tim dan kepuasan kerja.

  • Fokus pada Talenta Kunci

Identifikasi karyawan di posisi kritis atau berperforma tinggi dan berikan perhatian khusus. Bareksa menerapkan natural attrition, di mana retensi ketat ditujukan hanya pada karyawan di posisi strategis. Ini berarti perusahaan memetakan talenta penting untuk dipertahankan, agar sumber daya utama tidak hilang dalam masa krisis.

Kesimpulan

Resign kerja sebaiknya direncanakan matang agar tetap profesional dan bersih konflik. Pahami hak Anda, komunikasikan dengan baik, dan tinggalkan perusahaan dalam keadaan baik. Di sisi lain, perusahaan yang membangun budaya positif, investasi pengembangan, serta strategi retensi yang tepat (seperti contoh Bareksa) dapat menekan angka resign. Dengan demikian, proses resign bisa terjadi tanpa drama besar – karyawan melangkah maju untuk karier baru, perusahaan meminimalisir gangguan operasional, dan keduanya mendapatkan win-win outcome.

Bagikan

Resign Adalah: Saatnya Ambil Langkah Baru

resign-adalah

Resign Adalah: Saatnya Ambil Langkah Baru

Pernah merasa stuck dalam rutinitas kerja? atau memutuskan resign tapi ragu mau mulai dari mana? Resign adalah langkah besar yang patut dipahami dengan teliti—bukan sekadar “keluar kerja”, tapi sebuah proses karier yang butuh strategi matang. Artikel ini hadir untuk HR, pemilik bisnis, dan praktisi SDM untuk menangkap inti resign dari perspektif manusia dan organisasi: alasan, efek, hingga cara mengajukannya dengan mulus.

Resign Adalah Pada Dasarnya Keputusan Relasional

Secara sederhana, resign adalah tindakan karyawan mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaan saat ini. Itu bukan cuma pintu keluar, tetapi juga langkah strategis menuju arah baru—entah karier, kesehatan, atau kehidupan.

Mengapa Bukan Sekadar “Keluar Kantor”?

Alasan resign melampaui rutinitas. Beberapa faktor dominan berdasarkan penelitian kualitatif di perusahaan BPO dan HR blog:

  1. Karier yang stagnan atau tidak berkembang (Fairness & Growth)

  2. Tawaran pekerjaan baru (faktor utama ~46% pada studi BPO semarang tahun 2020)

  3. Alasan keluarga & kesehatan (masalah kesehatan 7%, kepentingan keluarga 39% dalam studi)

  4. Ingin berwirausaha (~7% pada studi sama) 

Tambahan, budaya organisasi, apresiasi, beban kerja juga sering muncul sebagai pemicu resign.

Dampak Resign terhadap Individu dan Organisasi

  • Karyawan: bisa meraih kepuasan (job-fit), menurunkan stress, membuka peluang karier.

  • Perusahaan: harus siap kehilangan aset (skill, knowledge), biaya rekrut, risiko knowledge drain.

Menariknya, resign bukan hanya permasalahan “orang mau keluar”, tapi juga sinyal bagi HR tentang manajemen SDM dan budaya kerja.

Cara Profesional Ajukan Resign

Berikut alur praktikal yang ramah HR dan beretika:

  1. Pilih timing tepat — beri tahu minimal 30 hari sebelumnya

  2. Sampaian niat langsung ke atasan — jujur dan profesional.

  3. Siapkan surat pengunduran diri resmi — termasuk tanggal efektif.

  4. Bantu transisi tugas — transfer knowledge & training pengganti.

  5. Pamit secara baik — tinggalkan relasi positif, bisa berdampak pada reputasi.

Resign di Indonesia: Aspek Legal

Di bawah UU Ketenagakerjaan dan PP PKWT-PHK, resign adalah bentuk PHK oleh karyawan yang mengajukan permohonan tertulis selambat‑lambatnya 30 hari sebelumnya.
Perusahaan wajib memproses dengan mengakhiri hubungan kerja sesuai ketentuan, bukan memaksa karyawan resign dalam kondisi tekanan—itu ilegal.

Fakta Menarik:

  • Studi Talenta (2022) melaporkan fenomena resign massal (great resignation)—sebuah tren global di mana banyak karyawan ninggalin pekerjaan karena kultur, manajemen, dan pandemi.

  • Di satu studi BPO Semarang: 46% resign karena kerja baru, 39% karena keluarga, 7% karena kesehatan, 7% karena wirausaha.

Kesimpulan

Resign adalah keputusan strategis, bukan sekadar “keluar kantor”. Dari perspektif SDM dan HR, ini momentum untuk evaluasi:

  • Apa yang membuat talent bergerak?: gaji, karier, budaya.

  • Bagaimana menjaga transisi yang smooth?: komunikasi, kompensasi, exit interview.

  • Bagaimana mencegah tren resign massal?: engagement, fleksibilitas, kesejahteraan, jalur karier jelas.

Rekomendasi Tindak Lanjut untuk Perusahaan

  • Bangun sistem retensi: jalur karier, upskilling, gamification.

  • Lakukan exit interview, survei kepuasan secara berkala.

  • Kembangkan program backing karyawan untuk bisnis sampingan, studi, cuti.

Bagikan