
Di banyak perusahaan, KPI dan OKR sering disamakan. Padahal, keduanya berbeda fungsi dan cara pakai. Singkatnya: KPI adalah indikator kinerja yang memantau kesehatan bisnis sehari-hari, sedangkan OKR adalah kerangka penetapan tujuan (objective + key results) untuk mendorong perubahan dan percepatan prioritas strategis. Dengan memahami perbedaan ini, Anda bisa menata ritme eksekusi yang lebih fokus: run the business dengan KPI, sekaligus change the business dengan OKR.
Sebagai tambahan konteks, Balanced Scorecard (Kaplan & Norton, 1992) adalah contoh kerangka strategi yang kerap memuat KPI di dalamnya, sementara OKR muncul dari evolusi praktik manajemen tujuan sejak era Andy Grove (Intel)dan dipopulerkan luas oleh John Doerr (termasuk di Google). Karena itu, KPI dan OKR bukan musuh—keduanya saling melengkapi bila disusun dengan jelas.
KPI (Key Performance Indicator): metrik terpilih untuk memantau performa yang sedang berjalan; biasanya stabil antar-periode, realistis, dan menjadi “dashboard” kesehatan operasional. KPI sering ditempatkan di kerangka seperti Balanced Scorecard agar menyentuh perspektif pelanggan, proses internal, finansial, dan pembelajaran.
OKR (Objectives & Key Results): kerangka tujuan yang mendeskripsikan Objective (arah/ambisi kualitatif) dan 2–5 Key Results (hasil terukur yang menandai tercapainya objective). OKR efektif untuk menggerakkan perubahan, menyelaraskan fokus lintas tim, dan mengajak orang mengejar target aspiratif. Google mendokumentasikan praktik skoring 0,0–1,0 agar tim belajar dari progres, bukan sekadar lulus/gagal.
1) Tujuan & cakupan
KPI: menjaga stabilitas kinerja; contoh: overtime hours, customer response time, defect rate.
OKR: menggerakkan perubahan prioritas; contoh: “Mempercepat akuisisi pelanggan UKM” dengan KR seperti “naikkan win rate 5 p.p.” dan “kurangi time-to-productivity AE baru dari 120→80 hari”.
Perbedaannya: KPI adalah apa yang dipantau, OKR adalah bagaimana kita mengubah keadaan.
2) Target & ambisi
KPI: cenderung komitmen realistis (target tahunan/kuartalan yang bisa dipertanggungjawabkan).
OKR: mengizinkan aspirasi (stretch) selama masih masuk akal—bahkan skor 0,6–0,7 sering dianggap kemajuan baik di banyak tim Google.
3) Ritme & kepemilikan
KPI: ritme bulanan/kuartalan; dimiliki oleh owner proses (mis. Ops, Finance).
OKR: ritme mingguan (check-in) dan kuartalan (review); dimiliki lintas fungsi untuk menembus silo departemen.
4) Struktur & transparansi
KPI: daftar metrik + target.
OKR: narasi Objective + KR terukur + inisiatif utama; transparansi OKR memudahkan alignment antartim.
5) Relasi satu sama lain
OKR tidak menggantikan KPI. Justru, OKR membantu mencapai KPI kritikal dengan fokus dan arah; Anda bisa mengubah “KPI yang seret” menjadi OKR kuartalan untuk memacu perbaikan.
Gunakan KPI ketika Anda perlu mengontrol mutu operasi: SLA layanan, akurasi payroll, cost per hire, churn pelanggan, atau defect rate.
Pakai OKR ketika Anda ingin mengubah lintasan: meluncurkan produk baru, mempercepat siklus lead-to-cash, menurunkan time-to-hire signifikan, atau menata ulang onboarding agar ramp-up karyawan baru lebih cepat.
Kombinasikan bila KPI turun/seret: jadikan objective “Pulihkan kualitas layanan”, lalu tetapkan KR yang menggerakkan perubahan nyata.
Sebagai penguat, Anda dapat memadukan dengan praktik SMART goals agar rumusan target tetap spesifik dan terukur. Ini membantu tim membedakan “hasil” vs “aktivitas”.
Masalah: Time-to-productivity Account Executive (AE) terlalu lama → memukul revenue kuartal.
KPI terdampak: time-to-productivity (hari), win rate, pipeline hygiene.
OKR Q3: Objective “Percepat ramp-up AE baru agar produktif 6 minggu lebih cepat.”
KR1: Time-to-productivity median 120 → 80 hari.
KR2: Win rate AE baru +5 p.p.
KR3: 100% AE baru lulus sertifikasi sales play level 2.
Inisiatif: enablement modular, deal review pekanan, buddy system, playbook keberatan pelanggan.
Check-in: skor mingguan (0,0–1,0) + retro bulanan.
Untuk memastikan manusia dan sistem bergerak seirama, kaitkan program ini dengan:
[Learning & Development] (skema pelatihan & microlearning),
[Coaching] (ritme one-on-one manajer–AE), dan
[HR Analytics] (dashboard ramp-up & win rate).
Lihat: https://psychehumanus.id/learning-and-development/ • https://psychehumanus.id/coaching/ • https://psychehumanus.id/hr-analytics/
Pertama, pilih 3–5 KPI “vital signs” untuk kesehatan bisnis (jangan berlebihan). Tempatkan di kerangka seperti Balanced Scorecard agar menyentuh perspektif pelanggan, proses, finansial, dan pembelajaran.
Kedua, lakukan diagnosis berbasis data: KPI mana yang paling jauh dari target? Di sinilah OKR kuartalan Anda lahir. Rujuk: HR Analytics dan Evaluasi Kinerja Kolaboratif untuk pola analisis dan bias penilaian.
Ketiga, tulis OKR yang jelas & terukur. Gunakan panduan Google: tetapkan Objective yang singkat dan menginspirasi, lalu 2–5 Key Results berbasis outcome, bukan aktivitas. Tetapkan skema skoring 0,0–1,0 agar tim belajar dari progres.
Keempat, sinkronkan ritme check-in (mingguan) dan review kuartalan. Dokumentasikan keterkaitan OKR dengan KPI agar semua orang melihat benang merah dari upaya perubahan ke hasil bisnis. Untuk memperkuat perilaku, baca: Budaya Organisasi dan Kepemimpinan & Budaya Organisasi.
Kelima, rapikan governance: siapa owner KPI, siapa champion OKR, bagaimana escalation path. HRBP dapat memfasilitasi alur ini; lihat: Peran HR sebagai Mitra Strategis dan Apa itu HRBP.
Mengubah OKR jadi daftar tugas. Ingat, KR harus hasil yang terukur, bukan aktivitas (“mengadakan 10 pertemuan” belum tentu berdampak). Gunakan SMART agar KR fokus pada outcome.
Terlalu banyak OKR. Pilih sedikit namun berdampak; lebih baik 1–2 objective tajam daripada 7 yang kabur. Panduan Google menekankan fokus dan grading yang jujur.
Tidak menautkan ke KPI. OKR yang berdiri sendiri gampang “terapung”. Kaitkan setiap OKR dengan KPI yang ingin diperbaiki agar makna bisnisnya jelas.
Target OKR = target KPI. Bedakan komitmen (KPI) vs ambisi (OKR). Ini memungkinkan tim bereksperimen tanpa mengorbankan run-rate bisnis.
Tidak ada belajar berkala. Skor 0,6 bisa berarti kemajuan besar jika KR memang aspiratif. Dokumentasikan “apa yang kita pelajari” di retro kuartalan.
Untuk memperkuat konsistensi implementasi di SDM, selaraskan dengan:
Pada akhirnya, KPI dan OKR bukan soal memilih salah satu. Kuncinya adalah memadukan: KPI menjaga denyut nadibisnis, sementara OKR mengarahkan lompatan perubahan. Karena itu, mulai dari diagnosis KPI, pilih 1–2 area prioritas, tulis OKR kuartalan yang aspiratif namun terukur, lalu kelola ritme check-in dan review secara disiplin. Dengan cara ini, organisasi Anda tidak hanya stabil di hari ini, tetapi juga bergerak lebih cepat menuju tujuan besok.